Perilaku dan Tahapan-Tahapan Audit
Tugas softskill
4KA06
Nama Anggota :
Muhammad Farhan El Barhaz (14116816)
Naufal Rabbani Pasaniri (15116351)
Nur Afifah Dwi Putri Aulia (15116567)
Perilaku
Dan Tahapan-Tahapan Audit
Audit atau pemeriksaan
dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses,
atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuan diadakannya audit adalah untuk melakukan
verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Dalam dunia bisnis,
kita juga mengenal adanya istilah audit laporan keuangan yang biasanya
dilakukan oleh akuntan publik untuk menilai seberapa wajar atau seberapa layak
penyajian laporan keuangan ini dibuat oleh perusahaan dengan mengacu pada
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Auditor merupakan
seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang
material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens:1995)
Ditinjau dari sudut
profesi akuntan publik auditor ialah pemeriksaan “examination” secara objektif
atas laporan keuangan suatu perusahaan atu organisasi lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut (Mulyadi: 2002).
Definisi Audit
Teknologi adalah evaluasi secara sistematis dan objektif yang dilakukan oleh
Auditor Teknologi terhadap aset teknologi untuk mencapai tujuan Audit Teknologi
sehingga memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja pihak yang diaudit
(auditee) atau pemilik kepentingan. Audit Teknologi tidak dimaksudkan untuk
mencari kesalahan, namun dimaksudkan untuk melakukan perbaikan. Audit Teknologi
merupakan bagian mata rantai dari prinsip “Rencana -Pelaksanaan – Evaluasi –
Perbaikan”, dimana Audit Teknologi merupakan mata rantai evaluasi.
Perilaku
Auditor
Secara umum etika dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang nilai norma kebiasaan yang
mendasari perilaku manusia mengenai baik, buruk, benar, salah, hak dan
kewajiban serta tanggung jawab. Seseorang yang beretika diatur oleh kode etik
melalui perilaku moral suatu profesi dalam ketentuan-ketentuan tertulis maupun
tidak tertulis yang harus ditaati. Tujuannya adalah untuk menghindari
perilaku-perilaku yang menyimpang yang akan dilakukan oleh profesi.
Etika sangat berperan
penting dalam profesi auditor. Etika seorang auditor akan mempengaruhi standar kualitas audit, hal ini dikarenakan
seorang audit memiliki tanggung jawab dan pengabdian yang besar terhadap
masyarakat. Audit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu audit internal dan audit
eksternal.
Audit internal
merupakan auditor yang berasal dari organisasi itu sendiri. Sedangkan audit
eksternal adalah auditor yang berasal dari luar organisasi yang disewa untuk
memeriksa laporan pada organisasi tersebut. Seorang auditor juga memiliki rasa
malas, capek, ceroboh dan juga nafsu. Oleh karena itu auditor dituntut untuk
bersikap profesional sebagai seorang profesi yang taat terhadap kode etik. Satu
diantara contoh etika auditor adalah dilema etika. Seorang auditor harus
menghadapi situasi dalam melaksanakan tugasnya untuk mengambil keputusan
mengenai perilaku apa yang harus dibuat. Tantangan yang besar adalah tidak
salah mengambil keputusan yang tidak beretika dengan tidak memikirkan
kepentingan diri sendiri dan mengingat komitmen serta tanggung jawab terhadap
pengabdian pada masyarakat.
Berikut merupakan prinsip-prinsip
seorang auditor:
Integritas
Dalam integritas, seorang auditor harus
membangun kepercayaan agar dapat memberikan penilaian yang baik dan dapat
dipercaya. Dalam integritas ini, seorang auditor harus melakukan tugasnya
dengan kejujuran, ketekukan, dan juga tanggung jawab. Auditor juga harus
menaati hukum sesuai dengan Undang-Undang yang berkalu. Secara sadar, seorang
auditor tidak boleh melalukan tindakan yang ilegal dan harus menghormati serta
turut berkontibusi pada tujuan yang etis dan sah pada organisasi tersebut.
Objektivitas
Dalam menunjukkan objektivitas yang
profesional, seorang auditor harus membuat penilaian yang seimbang yang tidak
boleh dikaitkan dengan masalah pribadi. Untuk kepentingan organisasi, seorang
audit tidak boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan berpartisipasi
dalam kegiatan apapun yang sifatnya mengganggu penilaian mereka dan harus
mengungkapkan segala fakta yang diketahui agar tidak mengganggu laporan yang
sedang diperiksa.
Kerahasiaan
Tentunya setiap organisasi memiliki
rahasianya yang tidak boleh diketahui oleh pihak luar. Auditor yang mengetahui
kepemilikan informasi tidak berhak untuk mengungkapkannya tanpa ada izin
terlebih dahulu karena sudah ada ketentuan Undang-Undangnya dan sudah merupakan
kewajiban seorang auditor untuk menghormatinya. Oleh karenanya, dalam
melaksanakan tugasnya seorang auditor harus berhati-hati dalam menggunakan dan
menjaga informasi organisasi dan juga tidak boleh menggunakan informasi
organisasi untuk kepentingan pribadi dalam bentuk apapun.
Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang
auditor harus mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dan
akan terus menerus meningkatkan kemampuan dan efektivitas dan kualitas layanan.
Prosedur Auditor
Tahapan
Perencanaan
Sebagai suatu
pendahuluan mutlak perlu dilakukan agar auditor mengenal benar obyek yang akan
diperiksa sehingga menghasilkan suatu program audit yang didesain sedemikian
rupa agar pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien.
Mengidentifikasikan
Resiko Dan Kendali
Tahap ini untuk
memastikan bahwa qualified resource sudah dimiliki dalam hal ini aspek SDM yang
berpengalaman dan juga referensi praktik-praktik terbaik.
Mengevaluasi
Kendali Dan Mengumpulkan Bukti
Mengevaluasi kendali
dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai teknik termasuk survei,
interview, observsi dan review dokumentasi.
Mendokumentasikan
Dan Mengumpulkan Temuan
Mendokumentasikan dan
mengumpulkan temuan-temuan dan mengidentifikasikan dengan audit.
Menyusun
Laporan
Hal ini mencakup tujuan
pemeriksaan, sifat dan kedalaman pemeriksaan yang dilakukan.
Tujuan
Audit Teknologi
Kegiatan
audit teknologi yang dilakukan memiliki tujuan dalam mencapai tujuan seperti
berikut:
Performance Improvement
Peningkatan
daya saing yang mencakup pengukuran kinerja teknologi (menemukan solusi
permasalahan), peningkatan produktifitas (peningkatan revenue), peningkatan
efektifitas dan efisiensi proses produksi, peningkatan efisiensi biaya dan perbaikan berkelanjutan.
Compliance
Audit
teknologi digunakan untuk menilai kesesuaian standard/prosedur dan kesesuaian
terhadap rencana/kebutuhan.
Prevention
Audit
Teknologi dilakukan untuk melakukan identifikasi resiko penggunaan teknologi
dan pencegahan kerugian akibat penggunaan teknologi.
Positioning
Audit
Teknologi dapat dilakukan guna mengidentifikasi status teknologi yang dimiliki,
identifikasi daya saing/kemampuan teknologi.
Planning
Audit
Teknologi memiliki fungsi strategis dalam kaitan dengan perencanaan
pengambangan sistem/teknologi.
Investigasi
Audit
Teknologi dapat dilakukan untuk mengungkap sesuatu sebab atau fakta terkait
dengan suatu kejadian atau peristiwa yang berimplikasi pada kondisi yang
membahayakan keselamatan dan keamanan.
Tahapan-Tahapan Audit Teknologi
Sistem Informasi
Audit Sistem Informasi
dapat dilakukan dengan berbagai macam tahap-tahap. Tahap-tahap audit terdiri
dari 5 tahap sebagai berikut :
1.
Tahap pemeriksaan pendahuluan
2.
Tahap pemeriksaan rinci.
3.
Tahap pengujian kesesuaian.
4.
Tahap pengujian kebenaran bukti.
5.
Tahap penilaian secara umum atas hasil
pengujian.
Tahap
Pemeriksaan Pendahuluan.
Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian
yang harus dilakukan, auditor harus memahami bisnis audit (kebijakan, struktur
organisasi, dan praktik yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit
merupakan bagian yang sangat penting. Ini meliputi review atas pengendalian
intern. Dalam tahap ini, auditor juga mengidentifikasi aplikasi yang penting
dan berusaha untuk memahami pengendalian terhadap transaksi yang diproses oleh
aplikasi tersebut. pada tahap ini pula auditor dapat memutuskan apakah audit
dapat diteruskan atau mengundurkan diri dari penugasan audit.
Tahap
Pemeriksaan Rinci.
Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan
informasi lebih mendalam untuk memahami pengendalian yang diterapkan dalam
sistem komputer klien. Auditor harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada
akhirnya harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur
pengendalian intern yang diterapkan dapat dipercaya atau tidak. Kuat atau
tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan
langkah selanjutnya.
Tahap
Pengujian Kesesuaian.
Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara
terinci saldo akun dan transaksi. Informasi yang digunakan berada dalam file
data yang biasanya harus diambil menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis
data menggunakan CAATTs dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas
data. Dengan kata lain, CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui
integritas dan keandalan data itu sendiri. .
Tahap
Pengujian Kebenaran Bukti.
Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti adalah
untuk mendapatkan bukti yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian yang
dilakukan adalah (Davis at.all. 1981) :
·
Mengidentifikasi kesalahan dalam
pemrosesan data
·
Menilai kualitas data
·
Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data
·
Membandingkan data dengan perhitungan
fisik
·
Konfirmasi data dengan sumber-sumber
dari luar perusahaan.
Tahap
Penilaian Secara Umum atas Hasil Pengujian.
Pada tahap ini auditor diharapkan telah dapat
memberikan penilaian apakah bukti yang diperoleh dapat atau tidak mendukung
informasi yang diaudit. Hasil penilaian tersebut akan menjadi dasar bagi
auditor untuk menyiapkan pendapatanya dalam laporan auditan. Auditor harus
mengintegrasikan hasil proses dalam pendekatan audit yang diterapkan audit yang
diterapkan. Audit meliputi struktur pengendalian intern yang diterapkan
perusahaan, yang mencakup :
(1)
pengendalian umum,
(2)
pengendalian aplikasi, yang terdiri dari : (a) pengendalian secara manual, (b)
pengendalian terhadap output sistem informasi, dan (c) pengendalian yang sudah
diprogram.
Jenis-Jenis Audit Sistem Informasi
Audit
Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan
(Financial Statement Audit) merupakan audit yang dijalnkan untuk mencari tahu
tingkat kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Apabila sistem
akuntasi organisasi yang diaudit adalah sistem akuntasi berbasis komputer maka
audit dilaksanakan pada sistem informasi akuntansi, apakah prosss atau
mekanisme sistem dan program komputer sudah selsai, pengendalian umum sistem
memadai dan data yang telah substansif.
Audit
Operasional
Ada tiga jenis audit
operasional (Operational Audit), antara lain:
·
Post
Implementation Audit
Pelaksanaan post implementasi audit atau
audi setelah implementasi ini dijalnakan oleh auditor dengan penerapan,
pengalamannya dalam pengembangan sistem aplikasi, sehingga auditor dapat
mengevaluasi apakah sistem yang diimplementasikan harus dimutakhirkan atau
diperbaiki atau bahkan dihentikan apabila sudah tidak sesuai dengan keperluan
atua mengandung kesalahan
·
Conccurrent
Audit (Audit Bersama)
Audit menjadi tim pengembang sistem,
auditor membantu tim untuk melakukan peningkatan kualitas dikembangkannya
sistem yang dibangun oleh analisis, desingner dan programmer dan akan
diterapkan.
·
Concurrent
Audits (Audit Secara Bersama-sama)
Auditor melakukan evaluasi kinerja unit
fungsional atau fungsi sistem informasi apakah telah dikelola dengan baik,
apakah kontrol berkembangnya sistem secara menyeluruh sudah dijalankan dengan
baik, apakah sistem kompute rsudah dikelola dan dioperasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA :
Komentar
Posting Komentar